Total Tayangan Halaman

Jumat, 16 November 2012

William Henry Pyne

 

                           
William Henry Pyne (born 1769 in London; died 29 May 1843 in London) was an English writer, illustrator and painter. He trained at a drawing academy in London. He first exhibited at the Royal Academy in 1790. He specialized in picturesque settings including groups of people rendered in pen, ink and watercolour. Pyne was one of the founders of Royal Watercolour Society in 1804.
His book The Costume of Great Britain, including 60 paintings of professional and working-class men and women and scenes from everyday life, attracted the attention of the publisher Rudolph Ackermann, and Pyne was to engrave and write for many of his projects. Pyne's The History of the Royal Residences (1816–1819) is a great illustrated book that depicts interior decorations and furnishings of Windsor Castle, St. James's Palace, Carlton House, Kensington Palace and Hampton Court, although it caused financial difficulties for him – he died as poor man in 1824.
Pyne’s watercolours are in major museum collections, such as the Royal Collection and the British Museum.
                                 
 Source : file:///D:/William_Henry_Pyne.htm





Dibawah ini sebagian dari karya  William Henry Pyne tahun 1814-1815 :

 


                                                                 








 

Kamis, 05 Juli 2012

IJAZAH DOKTER DJAWA - 1902



Dr. Raden Mas Marwoto Mangkoewinoto



        Pemilik ijazah dokter ini bernama Raden Mas Marwoto Mangkoewinoto. Beliau adalah seorang dokter pribumi yang berpengalaman menangani penyakit malaria. Namanya tercantum dalam buku Orang Indonesia yang Terkemuka di Jawa yang diterbitkan oleh Gunseikanbu (Pemerintah Militer Jepang di Indonesia) tahun 1944.Data mengenai Dr. Marwoto yang tercantum dalam buku itu adalah sebagai berikut (menggunakan tahun Jepang): Lahir: 18-2-2542 di Poerbolinggo, Sekolah: ELS; Sekolah Dokter Djawa tahun 2562; Univ. Amsterdam Bagian Kesehatan (D. Arts tahun 2575) dan kursus tropische hygiene. Pekerjaan terakhir: Inspektur DVG Palembang. Pada masa pemerintahan RI beliau menjabat Pemimpin Poesat Pemberantasan Malaria Banjoemas. Diploma (Ijazah) Dokter Djawa dikeluarkan di Batavia pada tanggal 25 November 1902.
                                              
                                      MODEL SPJ DI AWAL PEMERINTAHAN RI


Minggu, 10 Juni 2012

DOKUMEN THUNG BOUW KIAT


DOKUMEN  BOIKOT  PEDAGANG  BETAWI
TERHADAP 
THUNG BOUW KIAT  DAN  H.M. KIOE SENG LIONG
APRIL  1905

 CP. 081363228014


hal  depan


I S I N Y A  :


     Kita orang njang bertanda tangan dibawa ini , orang-orang berdagang dan tinggal di Batawi, kasi bertaoe njang kita orang dapat dengar sering kali banjak orang dagang dapat tjektjok dan  setori sama Thung Bouw Kiat di Batawi dan sama Handel Maatschappy “Kioe Seng Liong” di Buitenzorg, dari sebab mendjoewal atawa membeli  barang-barang dagangan, sama dia nja.
     Maka dari sebab itoe kita orang masing-masing njang bertanda tangan di bawa ini mengakoe dengan soeka-nja sendiri soeda berdjandji tida soeka boeat tjampoer dagang lagi sama Thung Bouw Kiat dan H.M. “Kioe Seng Lioang” njang terseboet, meski dengan  oetang atawa dengan contant, atawa dengan toeloengan  Toewan Makelaar atawa dengan tangan sendiri.
     Dan kita orang masing-masing njang bertanda tangan dibawa ini dengan soekanja sendiri mengakoe berdjandji lagi, djikalaoe siapa-siapa njang melanggar ini atoeran dan perdjandjian saban kali misti lantas membajar dengan oewang F 500 / Lima ratoes roepiah / pada roema sekolah dari Vereniging “Tiong Hoa Hwee Koan” di Batawi, ja-itoe seperti commissieloan. Dan kita orang masing-masing njang bertanda tangan di bawa ini soeda mengakoe dengan soeka-nja sendiri kasi koewasa pada  Bestuur dari Vereeniging “Tiong Hoa Hwee Koan” di Batawi ada hak boeat tagi dengan kami atawa dengan pertoeloengan-nja Toewan-toewan advocaat dan Procureur di Batawi aken djalanken perkara pada orang ada bertanda tangan dibawa ini njang melanggar dalem ini perdjandjian.

 Bertanda tangan di Batawi, pada tanggal           boelan April 1905.

hal  belakang



Barangkali, aksi boikot itu terinspirasi Gerakan saudagar Surabaya pimpinan Cho Sik Giok dan Cho Cie An yg memboikot badan dagang kolonial Handelsverening Amsterdam. Cerita lengkapnya dibawah ini :


 



GERAKAN ETNIS CINA di SURABAYA MELAWAN HANDELSVERENIGING AMSTERDAM


(Naskah ini disadur ulang seperti yang diumumkan dalam surat kabar mingguan


“Sunda Berita” no. 16, Th. II,19 Juni 1904, hlm 2-3 sesuai dengan judul aslinya :


Gerakan Bangsa Cina di Surabaya memusuhi Handelsverening Amsterdam)

Raden Mas Tirto Adhi Soeryo



Pembaca barangkali sudah tahu tentu tentang lelucon di Surabaya, sehingga penulis tidak perlu bercerita lebih panjang. Pada tahun 1902 beberapa saudagar Cina yang muak dan anti dengan Handelsverening Amsterdam1 (HA) melakukan perlawanan yang disebabkan beberapa hal. Dibawah pimpinan Cho Sik Giok dan Cho Cie An, mereka sepakat untuk melakukan tindakan perlawanan terhadap HA, yaitu melakukan boikot terhadap semua transaksi perdagangan dengan badan dagang kolonial tersebut. Hasil pertemuan ini segera mendapat dukungan sebanyak 80 suara pedagang dari etnis Cina yang segera dikukuhkan perjanjian didepan notaris.

Pada koran mingguan Het Weekblad Voor Indie, dikabarkan bahwa tindakan itu mendapat sambutan hangat dari badan-badan dagang sejenis seperti HA dibenua Eropa, karena dapat menyingkirkan saingan terberatnya. Segera berita ini menjadi pembicaraan hangat yang gaungnya sampai ke daratan Eropa. HA melakukan tindakan preventif agar para pedagang tersebut dapat mencabut aksi boikot mereka, karena akan menyebabkan kerugian yang sangat besar.

HA meminta bantuan beberapa bank menjadi juru damai. Bank-bank tersebut lantas mengirimkan surat kepada kaum pemboikot agar segera menyudahi permusuhan mereka terhadap HA, dengan ancaman surat gadai hutang mereka akan ditolak. Ancaman tersebut malah membuat para pedagang Cina menjadi lebih kukuh pada pendirian mereka. HA minta bantuan pemerintah kolonial melalui Asistant Resident Surabaya yang segera memanggil pemboikot untuk mau berdamai dan menanyakan penyebab perselisihan tersebut tapi tetap ditanggapi dingin para pedagang.

Kehabisan akal, Handelverening Amsterdam memakai jasa pengacara menuntut kepengadilan, tapi tetap dapat dipatahkan. Jalan terakhir, HA mengajak serikat dagang etnis Cina untuk berdamai dengan mengimingi uang ganti rugi sebanyak f 25.000,00 untuk mendirikan sekolah. Permintaan tersebut tetap mendapatkan jawaban tidak dari pedagang yg telah mendapatkan kemenangan mutlak. Seperti kata pepatah : Rukun itu pohon kesentosaan.

Di Batavia berdiri satu dua perusahaan yang menerbitkan surat kabar berbahasa Melayu, yang dipelopori beberapa orang Cina yang sudah mulai menggunakan bahasa Melayu. Para pembaca tentu tahu namanya.2)

Kemenangan itu menjadi sumber inspirasi berharga di berbagai tempat. Orang Cina melakukan aksi perlawanan serupa terhadap Kapten Arab di Betawi bernama Syekh Umar bin Yusuf Manggus. Kapten Arab itu sangat termashyur namanya di Batavia sebagai rajanya para juru lelang. Setiap lelang rumah atau tanah, yang ditangani olehnya selalu berbuah kemenangan, sampai ada orang yang berusaha menyogok dia agar tidak datang ketempat lelang. Suatu waktu Kapten Manggus hendak pergi ke Bogor, di stasiun Gambir ia bertemu dengan seorang Cina yang bertanya “ Tuan hendak mudik ? ”,,,, “ ya ” balas Manggus.

Waktu itu sedang diadakan lelang di Mester3), lantas si penanya menduga Manggus hendak pergi kesana. Orang Cina itu mengatakan agar Kapten Arab itu segera mengurungkan niatnya ketempat lelang dengan menyogok f 200,00. Setelah uang diterima, dia menunjukkan tiket perjalanan ke Bogor. Pedagang Cina itu meresa kecele karena tertipu tapi akhirnya ikhlas karena lelang di Mester bakal menang karena Manggus tidak ikut.

Orang-orang Cina mendirikan perusahaan yang menandingi Manggus, tetapi harus punya modal finansial besar agar tidak rugi tergoda oleh Manggus. Inilah pelajaran berharga dari kasus Surabaya.

Para pembaca pribumi patut memperhatikan, rukun itu pohon kesentosaan. Jika kita anak negeri dapat bersatu seperti etnis Cina maka kita akan mengalami kemajuan yang berarti. Keuntungan yang jauh lebih besar dari etnis Cina bisa didapatkan jika dapat mengambil hikmah dari kerukunan. Bukankan anak negeri punya hak yang sama dengan bangsa asing ? Etnis Cina yang tidak punya hak keleluasaan untuk bergerak dan tinggal, begitu maju karena bersatu !

Tiong Hoa Kwan jangan dikira kecil hasilnya, jangan pula dianggap semuanya dari kalangan berduit. Diantara mereka juga banyak datang dari golongan tidak mampu, tapi begitu royalnya mengeluarkan uang demi kepentingan mereka.

Andai tabiat bangsa kita seperti itu, sehingga bukan hanya ratap dan tangis yang dapat dilakukan kepada negeri, kita harus bermurah hati. Lihatlah berapa sekolahan yang dibiayai pemerintah kolonial, mereka memang bermaksud membatasi memajuan anak negeri.

Negeri melindungi kita sejak dari jaman Brawijaya, jangan hanya berpangku tangan saja. Harus menunjukkan bahwa kita setia dan tahu berterimakasih, seperti memelihara dan menjaga kerukunan satu sama lain. Hal ini membantu keinginan untuk keluar dari kemiskinan dan kemelaratan.4)

Kita priyayi yang menyatakan setia pada negeri, harus mempelopori kerukunan dengan keringat sendiri. Semua priyayi yang besar maupun kecil agar berikrar bersatu dan rukun. Mengerahkan segala kemampuan, pikiran dan energi seperti telaah terhadap segala narasumber baik dari buku atau koran sehingga mengerti pokok permasalahannya5) serta diiringi niat tulus untuk menolong bangsanya.

Para bupati diberbagai daerah telah mencoba mengadakan aksi menghimpun kekuatan dengan berbagai tujuan, tetapi semua seperti angin karena kurang bergaung dan setempat. Sebaiknya perhimpunan-perhimpunan itu bertemu bertukar pikiran6), sehingga faedahnya dapat kita rasakan demikian gaungnya. Sebaiknya punya taman7) dan bermusyawarah mencapai mufakat demi tujuan mulia itu.



Bobby

source : http://poor-lonesome-koboi.blogspot.com/2007/06/handelsvereniging-amsterdam.html

Sabtu, 26 Mei 2012

ALMANAK SOEARA ASIA 2604






GITYO (ketua), WAKIL GITYO dan ANGGOTA TYUO SANGI IN
Atas : Ir. Soekarno (Pemimpin Besar Poetera- Gityo), RMAA Koesoemo Oetojo (Djakarta- wakil Gityo), Dr. Boentaran (Kepala RS Oemoem Semarang-wakil Gityo)
Tengah : Ki Hadjar Dewantara (Pemimpin Poetera, Anggota Empat Serangkai, Djakarta) , KH Mas Mansoer (Pemimpin Poetra, Anggota Empat Serangkai, Djakarta)
Bawah : Drs. Moh Hatta (Pemimpin Poetera, Anggota Empat Serangkai, Djakarta), Mr. Sartono (Kepala Bagian Organesasi Poetera, Djakarta)


Atas : KRMTH Woerjaningrat (Bekas Ketoea Pengoeroes Besar Parindra, Soerakarta), Dr. Moh Toha (Tjirebon), Soeriakarta Legawa (Banten)
Tengah : Dr. Maas (Pekalongan), Mr. R Soendoro Boediarto (Besoeki), Kjai Hadji Wahid Hasjim (goeroe madrasah Islam, Djombang)
Bawah : KH Abdoel Halim (Anggota Perkoempoelan Kaoem Oelama, Tjirebon), RP Soeroso (Ketoea Poetera Malang syu), M Satisno Sendjaja (Priangan)


Atas: R Soekardjo Wirjopranoto (Pemimpin Oemoem Harian Asia Raja, Djakarta), Mr R Samsoedin (Kepala Bagian Masjarakat Poetra, Djakarta), RH Fatchoerrachman (Bodjonegoro)
Tengah : DR Marzoeki Mahdi (Bogor), R Sardjono Danoedibroto (Banjoemas), Otto Iskandar Dinata (Pemimpin Oemoem Harian "Tjahaja" Bandoeng)
Bawah: Mr Soejoedi (Semarang), KPA Soerjodiningrat (Ketoea Poetra Jogja Koti), Ir. Rooseno (Kediri)


Atas : R Aris (Pati), R Rooslan Wongsokoesoemo (Bekas Ketoea Pengoeroes Besar Persatoean Djoeroe rawat dan bidan), Dr Samsi (Doktor ekonomi Soerabaja)
Tengah : Liem Thwan Tik (Ketoea Kakyo Sokai, Soerabaja), Mr Iskaq Tjokrohadisoerjo, Oei Tjong Hauw (Presiden Direktoer Oei Tiong Ham Concern dan Ketoea Kakyo Sokai Semarang)
Bawah : Drs KRMT Sosrodiningrat (Soerakarta), Ir MA Sofwan (Djakarta Tokubetu si), Mr Soenarko (Malang)


Atas : BPH Poeroebojo, RAA Soerjonegoro, KH Bagoes Hadikoesoemo (Ketoea Pengoeroes Besar Muchammadijah, Jogjakarta)
Tengah : Soeprodjo , R Ibrahim Singodilogo (Djakarta), Dr Radjiman Wedyodiningrat (Madioen)
Bawah : Prof Hoesin Djajadiningrat (Pembesar Kantor Oeroesan Agama, Djakarta), Dr A Rasjid (Ketoea Djawa Isi Hoko Kai, Djakarta), Oei Tiang Tjoei  (Ketoea Kakyo Sokai, Djakarta)

PARA  SANYO  PADA  PEJABATAN  GUNSEIKANBU
Atas : Ir Soekarno (Oeroesan Oemoem)
Tengah : Mr Soewandi (Oeroesan Pengadjaran), Prof Mr Dr Soepomo (Oeroesan Kehakiman), Dr A Rasjid (Oeroesan Kesehatan)
Bawah : R Moechtar Praboe Mangkoenegoro (Oeroesan Laloe Lintas), R Prawoto Soemodilogo (Oeroesan Ekonomi), Mr Moh Jamin (Oeroesan Propaganda)




Kamis, 08 Maret 2012

KOPI SURAT2 KAPITEN TAN JOEN LIONG

Buku ini merupakan kopi surat2 Kapiten Tan Joen Liong kepada rekanan bisnisnya.
Sebagian tercantum dibuku ini :



Ya, setelah sekian lama mencoba membukukan kopi-book Sang Kapiten, akhirnya jadi juga. Alhamdulillah....


Kopi surat diatas ditujukan kepada De Nijs Bik di Batavia. Isinya : Bersama ini saja menanja sama toean dari hal perkara bras Banka, toean soeda oeroes silise sama toe Delango enco atawa blon. Djikaloe blon saja harep toean toeloeng oeroes bikin abis itoe perkara, soepaja ini boelan bisa teeken abis contract, sebab sedikit hari lagi saja maoe verlof pegi laen negri. Maka dari itoe saja harep toean lantas bagi sedikit kabar sama saja. Laen tida saja poenja tabe dengan hormat.



Kopi surat yang ini buat Van Faber (?) di Cimahi. Isinya : Dengan hormat, bersama ini saja minta toean djangan mendjadi goesar dari toean poenja oetang masih tinggal f 126,20 cent, saja harep toean toeloeng bajar kembali pada saja krana soedah telaat. Satrimanja ini soerat saja harep bagi sedikit chabar. Laen tida melainkan saja poenja tabe.



Kalau yang diatas ini kopi telegram/kawat ditujukan kepada Tongasoe (?) di Batavia. Isinya : Sagoe satoe harga anam roepiah soeda sedia 2 grobag maoe of tidak kawat.





Dengan segala hormat, saja soeda trima toean poenja soerat tt 7 ini boelan apa jang terseboet dengan mengerti trang. Disini saja ada kirim wang plak zegel 15 bidji wang f 1,50 cent boet bajar zegel polis. Katrangan dari saja poenja oemoer saja soeda kasih taoe sama dokter Doijer, itoe waktoe saja lahir taoen Wolanda 1858 boelan tanggal saja tida bisa seboet seperti boelan Eropa, tatapi saja itoe waktoe lahir kira2 72 hari lagi orang Eropa taoen baroe djatoh 1859, tjoemah saja inget betoel waktoe boelan tanggal taoen toeroet almanak Tjina seperti taoen kibi boelan Lauw Gowe tanggal 28, tatapi beritoeng assurantie dalam 15 taoen mulai tt 1 januari 1901 sampe tt 1 januari 1916 itoe itoengan lebih gampang, disini sekalian saja kirim kembali 2 polis harep toean boleh trima adanja.
Lain tida saja poenja tabe.

Kamis, 09 Februari 2012

PETA BORNEO & AFRIKA



PETA  AFRIKA  1718



                              TULISAN YANG TERCANTUM DIBAWAH




PETA  BORNEO  1663


Sabtu, 07 Januari 2012

DOKUMEN SERTIFIKAT PENDAFTARAN SEMENTARA

DOKUMEN PMI CABANG KEDU 1948

Periode revolusi ( 1945 – 1949) dalam Sejarah Indonesia memang penuh pahit getir. Dokumen PMI Cabang Kedu ini membuktikan betapa sulit mengabarkan berita kematian ke famili terdekat. Jarak Magelang – Ambarawa yang puluhan km butuh berhari2 untuk menyampaikan kabar duka.


DOKUMEN PERINTAH HARIAN SOEKARNO

 

DOKUMEN KOMANDO SOEKARNO

Jumat, 06 Januari 2012

MANGKUNEGARA VII


KGPAA Mangkunegara VII (wafat 1944) adalah pemegang tampuk pemerintahan Mangkunegaran, 1916 - 1944. Ia adalah salah seorang putera dari Mangkunegara V, terlahir dengan nama RM Soerjo Soeparto. Ia memiliki anak putri tertua B.R.Ay. Partini yang menikah dengan sejarawan Husein Djajadiningrat, seorang ningrat dari Serang, Banten. Dalam usia 40 tahun, beliau menjadi raja dan bergelar Pangeran Adipati Mangkunegara VII. Beliau dikenal sebagai Raja Jawa yang mampu menggabungkan kebudayaan Jawa dan Barat. Hal ini tampak dalam koleksi kartu pos beliau yg berasal dari mancanegara :



    H.J.N Nauta menulis dalam buku Nieuwsblad van het Noorden (1928), “Raja Mangkunegara sekarang ini (Mangkunegara VII) berpandangan maju. Dia mempelajari apa yang baik dari kebudayaan Barat, namun tetap memiliki sifat orang Jawa. Belum pernah kami jumpai seseorang yang agung penampilannya, sopan, bertatakrama dan halus pula perasaannya”.